PT PLN (Persero) siap menggandeng seluruh pesantren di Jawa Timur untuk ikut memproduksi biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti batu bara (co-firing) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik perseroan. Langkah ini guna mempercepat transisi energi nasional demi mencapai carbon neutral di tahun 2060.
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam Simposium dan Expo Pameran UKM Pesantren Se-Jawa Timur, Kamis (1/9/2022), menyampaikan pentingnya memberdayakan pesantren demi ketahanan energi nasional.
Luhut menjelaskan lebih lanjut, jika pesantren bisa turut serta dalam produksi energi terbarukan (EBT) demi menghadapi krisis energi dunia saat ini. Ia yakin penyertaan pesantren bisa menjadi solusi energi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Untuk program ini di Jawa Timur akan kami bantu. Kami sudah bicarakan bersama Dirut PLN Pak Darmawan agar pelet bisa diproduksi oleh pesantren. Karena dalam setahun kita butuh 10 juta lebih pelet, itu nilainya sama dengan Rp7,6 triliun Kalau kita bisa memobilisasinya, maka perputaran ekonominya akan sangat besar untuk masyarakat,” jelas Luhut dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (1/9/2022).
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN menyatakan, kolaborasi dengan pesantren adalah wujud program energi kerakyatan dari PLN. Ia ingin kolaborasi produksi pelet dan biomassa ini mampu membangun ekosistem energi bersih yang berbasis domestik.
“Sekitar 10 persen dari pembangkit listrik kami sudah diubah menjadi EBT. Bahan bakar biomassanya bisa diproduksi dari sampah atau menanam pohon kaliandra di daerah tandus. Ke depan, pembangkit-pembangkit yang masih pakai batubara atau diesel semuanya akan digantikan dengan EBT. Jadi nilai komersial program ini jelas ada,” ujar Darmawan.
Darmawan menjelaskan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari proyek transisi energi nasional. Dalam proses tersebut PLN berkomitmen bukan hanya untuk menyediakan energi bersih tapi juga membuka ladang ekonomi baru, yang berbasis kerakyatan.
“Untuk petani kami ada program Electrifying Agriculture, yang mana biayanya jauh lebih murah. Sesuai arahan Presiden, kami juga mengajak untuk bergeser dari kompor gas. Kami siapkan pasokan listrik yang andal. Kalau ada apa-apa, silakan sampaikan lewat PLN Mobile, insyaallah responnya lebih cepat di situ pelayanannya juga lengkap,” tutup Darmawan.
Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, Bupati Banyuwangi menyatakan bahwa kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah ini sangat penting untuk daerah. Karena selama beberapa waktu terakhir ini pihaknya fokus menangani dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Dengan kolaborasi pesantren-PLN ini ia berharap ekonomi masyarakat bisa bangkit dengan lebih baik lagi.
“Pandemi Covid-19 ternyata berdampak pada tingkat kemiskinan di semua daerah. Dengan bantuan dari pusat serta inovasi dari daerah khususnya untuk UMKM perekonomian di Banyuwangi membaik. Arahan dari pemerintah pusat jelas, yakni mendukung pertanian dan pelaku UMKM agar ekonomi masyarakat kuat,” jelas Fiestiandani.(gat/ipg)